Apa itu Komputasi Awan?
Komputasi awan (bahasa Inggris
: cloud computing) adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer
(‘komputasi
‘) dan pengembangan berbasis Internet
(‘awan’). Awan (cloud)
adalah metefora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan
di diagram jaringan komputer. Sebagaimana awan dalam diagram jaringan
komputer tersebut, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya. (Wikipedia)
: cloud computing) adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer
(‘komputasi
‘) dan pengembangan berbasis Internet
(‘awan’). Awan (cloud)
adalah metefora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan
di diagram jaringan komputer. Sebagaimana awan dalam diagram jaringan
komputer tersebut, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya. (Wikipedia)
Google : Aplikasi di udara.
Strategi google dalam mengembangkan teknologi awan lebih berdasarkan
pada masa depan dan bukan pada kondisi teknologi internet sekarang ini.
Google bertaruh bahwa dalam waktu dekat, dunia akan memiliki teknologi
internet yang dapat diakses di mana-mana, kapan saja dan dengan biaya
yang murah, termasuk jaringan FTTH (Fiber To The Home) & FTTO (Fiber
to The Office) yang menyediakan koneksi pita lebar super cepat di
seluruh penjuru planet ini. Google sedang membangun awan untuk dunia
seperti diatas, dan pada saat itu terwujud aplikasi-aplikasi yang ada di
“awan google” akan berjalan dengan smooth.

Dari kondisi diatas dapat disimpulkan beberapa kekurangan (-) dan kelebihan (+) komputasi awan besutan google ini:
- (-) Pengguna harus selalu terhubung ke Internet untuk dapat mengakses aplikasi.
- (-) Kinerja aplikasi bergantung pada koneksi internet yang ada, karena semua data tersimpan di awan.
- (+) Dapat diakses dimana saja dan kapan saja (selama koneksi internet ada)
- (+) Dapat mengedit sebuah dokumen dengan teman kerja secara simultan (dengan google doc’s)
- (+) Pengguna tidak perlu mendownload dan menginstal aplikasi
Sungguh indah asumsi google tentang masa depan dengan komputasi
awannya. Namun menurut pendapat penulis pribadi, kenyataan tidak selalu
seindah impian, terutama di negara kita Indonesia. Kesenjangan teknologi
yang cukup tinggi menjadi kendala utama dalam penerapan model teknologi
awan google ini. Apalagi dengan penerapan sistem pasar bebas sekarang
ini. Ada beberapa daerah yang secara ekonomi tidak menguntungkan untuk
dibangun infrastruktur internet kecepatan tinggi.
Sebenarnya google sudah memikirkan solusi untuk kendala ini, ada
beberapa aplikasi penting yang sedang dibuat tersedia secara offline
khususnya untuk chromebooks
. Google Gears
adalah salah satu proyek awal untuk mewujudkan hal ini.
. Google Gears
adalah salah satu proyek awal untuk mewujudkan hal ini.
Apple: Sinkronisasi Otomatis

Pendekatan apple mengenai konsep awan sedikit berbeda. Apple tidak
memandang “awan” sebagai komputer di angkasa yang dapat menjalankan
hal-hal keren. Apple tidak ingin semuanya berjalan di awan, melainkan
berfungsi sebagai penghantar “Stasiun utama” yang memastikan semua
kereta sampai ke tujuan tepat waktu. Dengan iCloud yang di umumkan di
WWDC kemarin, apple menggunakan awan untuk mengatur aliran data, dan
bukan mengontrolnya. Hal ini membuat awan menjadi pusat penyimpanan
untuk apps, music, media, documents, messages, photos, backups,
settings dan lebih banyak lagi.
Sepuluh tahun yang lalu apple dan microsoft mengumumkan ide bahwa
mac/pc menjadi pusat penghubung (central hub) dari kehidupan dan
pekerjaan digital kita dengan bermacam-macam gadget bergantung padanya
untuk mengatur data. Namun dengan adanya iCloud, pernyataan tersebut
telah terhapus sendiri oleh apple. Steve Jobs menyatakan: “Kami akan
menjadikan PC hanya sebagai perangkat”.
Dengan cara ini, apple mengambil pendekatan yang berbeda dari google
yang pada dasarnya menirum konsep mainframe lama. Sebaliknya, apple
melakukan sesuatu yang mirip dengan Dropbox (StartUp yang populer di
Android). Hal ini memungkinkan pengguna secara mensinkronkan data
pribadinya secara otomatis, termasuk lagu, file, kontak, aplilkasi, game
yang telah mereka miliki/beli ke semua perangkat apple yang dipunyai
melalui iCloud. Penggunga tidak perlu repot mengelola file dan lagu pada
sekelompok perangkat (macbook, ipod, iphone, ipad dll) yang mereka
punyai secara manual.
Menurut pendapat saya penulis, para penggemar gadget dan profesional
IT cenderung menyukai pendekatan apple ini, karena dengan iCloud semua
data dan salinan dimiliki dan dikontrol secara pribadi. Namun
sinkronisasi akan menjadi lebih rumit jika pengguna memilih untuk tidak
mensinkronkan data secara otomatis pada perangkat-perangkatnya (untuk
menghemat baterai, bandwidth dll). Masih perlu dilihat juga apakah
dengan sinkronisasi otomatis ini akan mudah di pahami oleh pengguna awam
dan professional sehingga dapat memudahkan mereka.
Walaupun pendekatan apple mungkin lebih reliable untuk teknologi
internet yang ada sekarang ini, ada sedikit pertanyaan yang menggelitik:
Apakah dalam waktu 5-10 tahun mendatang dimana koneksi internet pita
lebar dengan kecepatan akses sangat cepat sinkronisasi masih dibutuhkan?
Lagi-lagi semua kembali kepada pengguna apakah ingin tetap memiliki
salinan file di perangatnya atau tidak. Tentu saja hal tersebut juga
berbanding terbalik dengan kinerja, keamanan dan kenyamanan.
Microsoft: sinkronisasi otomatis dan aplikasi di udara? dua2 nya?

Microsoft sudah memiliki rencana untuk membuat sesuatu seperti
iCloud, yang dapat mensinkronkan semua perangkat secara otomatis. Namun
semua itu terganjal oleh perangkat mobile microsoft yang tertinggal dari
apple maupun google terutama dalam hal sistem operasi. Windows mobile
terkenal sangat lambat, berbeda dengan iOS dan Android yang telah merauh
sukses besar di pasaran akhir-akhir ini. Microsoft juga berpendapat
bahwa awan dapat berfungsi sebagai software dan layanan. Dengan kata
lain, pengalaman menggunakan Desktop client sangat kaya dan interaktif
sehingga sulit digantikan dengan browser (sejauh ini memang google doc’s
tidak sepowerfull microsoft office).
Selain menyediakan software desktop client based, microsoft juga
menyediakan SAAS (Software As A Service) teknologi awan seperti: Windows
Live, Office Live, Share Point Online, Exchange Online dll. Jadi apakah
strategi microsoft memang mensfupport dua-duanya, atau microsoft masih
bingung menentukan jalan? kita lihat perkembangannya di waktu yang akan
datang 
Sumber : http://pram.web.id/blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar